Selamat Datang Di Teknologi Dan Hiburan

0 (Cerpen) Diakhir Cerita

Sabtu, 07 Juni 2014

Cerpen Karya Ayra Ariezka

Senja mendung mengiringi langkah – langkah kecil seorang gadis. Langkahnya yang pelan dan lemah menyiratkan perasaan tak menyenangkan dihatinya. Begitupun raut mukanya yang sendu.

Dengan gontai ia terus melangkah, menyusuri tiap keramaian kota Semarang dengan hati yang sepi. Hiruk pikuk kendaraan dan lalu lalang orang di sebelahnya tak mengalihkan pikirannya dari sosok yang baru di temuinya. Sosok yang beberapa bulan terahir ini telah merubah hidupnya. Mengisi hari – harinya dengan senyum dan kebahagiaan. Namun dengan mudahnya mengubah senyum itu menjadi tangis kesedihan.
“Aku pengen kita putus Del,” kata Rafka barusan seperti petir yang menyambar tepat di hati Dela.
“Aku ngrasa kita udah nggak bisa sama – sama lagi, aku sebenernya berat nglakuin ini, tapi mau nggak mau aku emang harus jujur ke kamu. Aku nggak mau nyakitin kamu, makanya aku berfikir lebih baik kita cukupi semuanya sampai disini,” jelas Rafka panjang lebar.

Dela membisu. Hatinya beku dan mulutnya pun seakan ikut membeku. Bahkan air matanya pun seakan mengeras, enggan mengalir.
“Del, ngomong dong jangan diem aja. Kamu boleh marah sama aku.”
Rafka meraih tangan Dela, membelainya dengan lembut kemudian menciumnya.
“Aku bener – bener minta maaf. Beberapa hari ini hubungan kita renggang dan semakin nggak jelas, aku sudah berusaha memperbaikinya, tapi mungkin takdir belum mengijinkan kita untuk tetap bersama.”
Tak disangka, senyum mengembang dari bibir Dela. Meski terlihat berat, namun itu benar – benar senyum manis Dela yang selama ini selalu ditunggu Rafka dan yang telah membuatnya jatuh cinta pada sosok manis dihadapannya.
“Oke, aku bisa ngerti. Emang sepertinya hubungan kita tidak bisa diperbaiki lagi. Aku terima keputusan kamu. Makasih udah ngasih aku kebahagiaan selama ini. Dan setelah ini kita tetap teman kan?”
“Del, maafin aku.”
“Nggak ada yang perlu di maafkan. Ini bukan salah siapa – siapa, karna ini takdir kan? Oke, kalau gitu aku pulang dulu,” Dela beranjak, namun Rafka menarik tangannya.
“Tunggu Del.”
“Apa lagi?”
“Boleh aku minta satu hal sama kamu?”
“Kalau aku mampu dan itu bisa buat kamu bahagia, pasti aku akan memberikannya.”
“Ijinkan aku mencium kening kamu untuk terakhir kalinya.”

Dela terkejut, namun ia memperbolehkan Rafka untuk melakukannya. Kecupan penuh sayang pun mendarat di kening Dela. Dan air mata itu tak dapat di bendung lagi. Dela segera berlari meninggalkan Rafka yang juga hampir menangis. Ia berlari dan terus berlari, hingga ia lelah dan tak sanggup lagi.

Dan sekarang, disinilah Dela berada. Melangkah lemah di tengah kota. Sendiri dan sepi. Ia masih tak menyangka kenapa Rafka bisa setega itu meninggalkannya. Beberapa hari ini hubungan mereka memang agak renggang, tapi Dela tak menyangka kalau Rafka akan semudah itu menyerah.
Satu minggu mereka putus kontak. Meski sering bertemu di sekolah, tapi tak pernah ada sapa. Dela sebenarnya ingin lebih dulu menemui Rafka untuk meminta maaf, namun entah kenapa tiba – tiba saja ia enggan dan merasa tak mampu. Dan akhirnya semalam Rafka menghubunginya, meminta untuk bertemu dan membicarakan semuanya. Dela bahagia sekali mendengarnya. Ia fikir semuanya akan kembali baik. Tapi takdir menulis lain. Bukan kabar baik yang ia dapat hari ini, namun keputusan sepihak Rafka yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Rafka adalah orang pertama yang menjadi teman spesialnya, dan mungkin Dela masih bingung bagaimana seharusnya ia bersikap pada Rafka. Sehingga ia terkesan cuek dan kurang memberi perhatian pada Rafka, namun sesungguhnya ia sangat menyayangi Rafka. Karna Rafka adalah orang pertama yang mengajarinya tentang arti saling menyayangi dan memiliki.
Sekarang tak ada lagi Rafka dalam hidupnya. Hari – hari Dela akan kembali sunyi seperti dulu. Dan Dela tak tau apa dia sanggup melihat Rafka disekolah tiap hari dengan keadaan yang seperti ini.
***

Hari terus berlau, namun luka itu masih terasa dihati Dela. Hampir dua minggu setelah pertemuan sore itu, Dela belum bisa sedikitpun melupakan Rafka. Pertemuan disekolah yang hampir tiap hari membuat Dela selalu ingat akan setiap kenangan yang pernah mereka ukir bersama.
Pagi ini seperti pagi – pagi sebelumnya, Dela masih malas untuk kesekolah, karna itu berarti ia harus bertemu dengan Rafka. Tapi ia harus memikirkan masa depannya. Jangan sampai sekolahnya berantakan hanya karna masalahnya dengan Rafka.

Sekolah sudah cukup ramai saat Dela sampai. Dengan malas ia berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Saat sampai di deretan kelas sepuluh, ia berhenti. Matanya menangkap dua sosok yang tengah bercanda mesra di depan kelas. Ia sangat mengenal sosok laki-laki itu. Itu Rafka. Ya, Rafka tengah berduaan dengan seorang perempuan yang Dela tau masih kelas satu di sekolahnya.
Hatinya bergetar, kakinya seakan berat melangkah, dan air matanya hampir menetes. Ia berusaha tegar. Dengan berat, ia lanjutkan langkahnya. Berjalan cepat melewati Rafka yang tengah asyik mengobrol dengan perempuan itu. Ia sempat melihat Rafka memperhatikannya, namun Rafka hanya diam tak menyapa.

Dela berhenti saat ia tak mampu lagi menguasai hatinya. Ia duduk di sebuah bangku di taman sekolah, dan membiarkan air matanya menetes. Seketika itu samar-samar ia mendengar seseorang membicarakan Rafka.
“Gila si Rafka, baru seminggu putus sama Dela udah nemu gantinya, adik kelas lagi.”
“Namanya juga plaboy, mana betah lama-lama jomblo.”
Hati Dela kembali bergetar. Ia tak menyangka Rafka sejahat itu padanya. Awalnya Dela tak tau apa yang harus ia lakukan untuk bisa menerima keputusan Rafka dan merelakan Rafka pergi. Tapi sekarang, setelah mengetahui apa yang terjadi, Dela seperti mendapat kekuatan untuk tidak mengharapkan Rafka lagi. Rasa sayang itu sudah mulai berubah menjadi rasa benci. Dan kini Dela membenci semua tentang Rafka.

PROFIL PENULIS
Nama asli Ayyu Rizka Rahmawati, saya mahasiswa Teknik Informatika semester 3 di Universitas Sain's Al-Qur'an Wonosobo
Hobi nulis dari kecil, tapi baru berani mencoba mempublikasikan setelah mulai kuliah.
cerpen ini mungkin masih banyak kekurangan, maklum masih amatiran.hehe tapi semoga bisa menghibur pembaca.
Terimakasih
Read more

0 (Cerpen) Cinta Yang Tertinggal


Cerpen Karya Nurul Lutfia

Hari ini aku termenung sendiri saat hujan turun dengan derasnya.Turun lebat sekali sama halnya dengan air mata yang bercucuran saat aku mengenangmu.Kenangan,yah tinggal kenangan yang tersisa saat ini.Tak ada lagi kelembutan juga tak ada senyuman yang selalu kuingat saat kau bersamaku.Aku hanya dapat mengingat semua tentangmu meski hatiku teriris saat memori mulai membuka tabir segala tentangmu.

Tepatnya tujuh bulan yang lalu saat kau lontarkan kata perpisahan itu,hujan tangis tak terelakkan lagi.Masih kuingat tuturmu yang berkata begitu manis lebih manis dari gula yang kukecap selama ini namun mengibaskan sebongkah elegi yang meremas lubuk hati,meluluh-lantakkan singgasana atma yang sangat rapuh.”Kamu sangat cantik,Irene.Kamu sangat baik selama ini mendampingi hari-hariku yang penuh dengan duka..Aku berterimakasih karena kamu mau menjadi pacarku,menemani waktu panjang yang melelahkan bersamaku”.ujar Sandy.
Betapa sakit mengingat itu semua.Aku tak mampu menyembunyikan perasaan perihku menghadapi kenyataan yang ada dihadapanku.Bagai tarian penghantar maut yang memaksa aku untuk ikut bersamanya lalu mati dengan segumpal rasa duka yang teramat menusuk kalbu.

Tak terduga semula akan menimpaku bertubi-tubi,menghunus relung hati yang paling dalam dengan samurai penghunus cinta.Aku seperti di dunia yang asing yang tak pernah terfikirkan berada ditempat ini.Aku menahan luka yang sangat mendalam,ingin rasanya aku ungkapkan segala uraian rasa kekecewaan yang mendalam atas semua yang kuperjuangkan untuknya.
“Irene,aku minta maaf sebelumnya mungkin aku sangat melukaimu tapi aku tak dapat berbohong padamu”urai Sandy dengan nada menyesal. “Minta maaf untuk apa?”sahutku dengan sedikit merinding juga penasaran. “Aku ingin kita putus”pinta Sandy dengan serius. “Kenapa?” “Aku tahu,aku salah tapi ini yang terbaik untuk kita berdua”.
###

Tujuh bulan berlalu begitu lambat.Perasaan sakit yang tak terperikan belum juga terobati.Selama itu pula aku tak mendapatkan alasan yang tepat mengenai sikap Sandy yang tiba-tiba berubah memutuskanku.Aku lelah menangisinya,aku lelah menanti jawaban darinya,dia menghilang begitu saja.Mokhsa,raib ditelan bumi.Aku mencarinya di rumah,di kampus bahkan tempat ia suka menghabiskan waktu bersama temannya.Aku mencari kesudut-sudut yang belum pernah kudatangi.Aku juga tanyakan dan mengkontak semua teman-temannya tapi semua sia-sia,tak dapat satu keterangan apapun tentangnya.
###

Tiba-tiba saja aku teringat saat-saat aku bersama Sandy,saat masa berpacaran. Aku mencintai Sandy lebih dari aku mencintai diriku sendiri.Aku mencintainya sejak aku duduk di bangku SMA,kebetulan kami se-SMA juga satu kelas dari kelas 2 sampai kelas 3,namanya juga sejurusan.Kami juga kuliah di tempat yang sama tapi beda fakultas. Jika dihitung sudah lima tahun aku setia menaruh hatiku kepadanya meski Sandy acuh tak acuh padaku. Dia tak pernah membalas perasaan murni yang tumbuh dalam hati.Meski begitu rasaku sama,mencintainya begitu dalam dan tulus.

Namun saat lulus kuliah,saat acara reuni di SMA,entah mengapa Sandy berubah padaku.Dia mulai membalas perasaanku.Dan saat itulah Sandy memintaku menjadi pacarnya.Betapa bahagia perasaanku saat itu,sangat indah.Penantianku akhirnya berujung dengan baik.
Aku tahu sulit bagi Sandy untuk bisa move-on.Bayangan tentang mantannya, Andin yang lebih memilih sahabat Sandy ketimbang dirinya selalu menggelayuti pikirannya.Aku tahu dia berusaha bersikap manis padaku namun didalam hatinya masih tersimpan nama gadis tersebut.Aku tak pernah membahasnya ataupun menanyakan seputar gadis cantik,bertubuh ramping,idola di sekolah kami dulu.

Selama dua tahun aku berpacaran dengannya, aku selalu berusaha untuk mendapatkan cintanya dan pada akhirnya aku berhasil meluluhkan hatinya.Dia sangat lembut padaku,selalu bersikap manja saat aku didekatnya.Aku sangat bahagia juga sangat damai bersamanya.Sosok angkuh yang selama kukenal dulu berubah seratus delapan puluh derajat.Sandy menyayangiku.Betapa indah saat-saat bersama dulu.

Keadaan mulai berubah saat usia pacaran kami genap dua tahun,entah mengapa sikap penyayang Sandy berubah menjadi kasar,pemarah,dan acuh tak acuh padaku.Aku mulai bingung dengan sikapnya.Aku tanyakan pada teman dekatnya,Mio.Mio bilang perubahan sikap Sandy yang drastis karena Sandy masih mencintai Andin,pacar pertamanya.Sandy sering ketemuan dengan Andin pasca mantannya itu putus denga kekasihnya.Aku tak percaya dengan pernyataan Mio.Aku malah menuduhnya memfitnah sahabatnya sendiri.
####

Semuanya telah berubah,keindahan dan kebahagiaan yang kuterima dulu kini berubah pahit.Aku tidak tahu dengan apa yang tengah melandaku.Kepahitan ini sungguh menorehkan siksaan batin yang selalu merajamku,mengiris luka yang tertancap kuat.Saat berusaha untuk melupakannya,sakit yang kurasa semakin menekan jantungku hingga aku jatuh sakit.

Aku sakit selama sebulan dan selama itupun tak ada kabar mengenai Sandy.Badanku kian hari semakin kurus.Aku juga malas minum obat.Hingga sembuhpun tak kunjung tiba.Aku tergeletak lemah tak berdaya,seluruh tubuhku rasanya sakit semua.Tapi ada yang lebih sakit daripada itu,luka hati yang menyayat sanubariku jauh lebih menyakitkan daripada penyakit fisikku.

Keluargaku tidak mengetahui perasaan sakit yang aku derita selama delapan bulan terakhir,yang mereka tahu aku terbaring di rumah sakit karena tifus yang tak kunjung sembuh.Ayah dan ibuku sangat mengkhawatirkan dengan keadaan yang tiba-tiba ambruk seperti ini.Ibu selalu menanyakan apa gerangan yang terjadi denganku tapi aku selalu menjawab dengan senyuman”tidak terjadi apa-apa bu,Irene baik-baik saja.Ini semua karena kecapen saja, kurang istirahat”.Ibu pasti bertanya-tanya dalam hatinya,apa yang terjadi namun aku selalu menepis dengan jawaban yang sama dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Orang-orang dekatku selalu berdatangan menjengukku namun hati terasa miris sekali, orang yang aku tunggu-tunggu tidak datang menjengukku.Ibu dan ayah menanyakan mengapa Sandy tak kunjung datang menjengukku.aku selalu menjawab Sandy ada di luar kota sedang dinas disana.Mereka tak tahu ihwal yang terjadi padaku.Mereka juga tidak tahu kalau aku sudah putus dengannya.
####

Sebulan lebih aku di rumah sakit.Dan hari ini Sabtu,23 November tepat di hari ulang tahunku,aku keluar dari rumah sakit.Aku mulai sedikit baikan.Dokter yang menanganiku membolehkanku untuk pulang hari ini juga.Ayah dan ibuku memapahku,mengantarkanku menuju mobil. Mobil merk Honda jazz yang sudah siap sejak pagi tadi lengkap dengan Pak Ujang sebagai sopir pribadi keluarga kami yang siap mengantarkan kami ke istana,surga dimana aku dan keluargaku berteduh.

Di istana yang sebulan lebih aku tinggalkan terbaring di rumah sakit,Bi Ijah menyambut kedatangan kami dengan ramah.
“Syukurlah non Irene sudah boleh pulang dan sembuh.”tukas Bi Ijah,pembantu di keluargaku.”Kenapa bi?”tanyaku dengan suara parau. “Tadi pagi-pagi sekali ada pak pos mengirimkan surat non,kiriman dari Den Sandy”.
“Sandy,sandy bi?terus tukang posnya bilang apa?”tanyaku dengan sedikit meyelidik.”Tidak bilang apa-apa non,langsung memberikan surat ini”menyodorkan sebuah surat.Aku langsung meraih surat itu dengan perasaan gugup yang luar biasa.

Aku segera dipapah ke kamar.Dan saat itulah ibuku langsung bertanya padaku”Kenapa dengan hubunganmu dengan Sandy,nak?apa yang terjadi?kenapa dia tidak menjengukmu selama kamu terbaring di rumah sakit?”.Aku hanya diam seribu bahasa.Aku tak mampu membohongi ibunda-ku sendiri.Aku lelah menyembunyikan semua ini padanya tapi aku tak mampu mengatakan apapun,aku hanya bisa diam dengan menahan rasa tangis yang siap tumpah saat ini juga.”Bunda,Irene ingin sendiri”.Saat itu jua ibuku mengerti dan meninggalkanku sendiri.
Hatiku sangat perih saat mendengar kata Sandy tapi aku juga penasaran dengan isi surat yang ia tuliskan untukku.Tanganku sedikit bergetar memegang surat itu.Aku meenguatkan hati untuk membukanya.
Aku mulai membaca satu huruf demi sehuruf,perkata hingga kalimat.Dan inilah bunyinya yang sanggup membunuhku saat ini juga.

Untuk Irene,Gadis yang baik hati
Aku tuliskan surat ini saat aku mulai berani menguatkan diriku untuk berbicara padamu meski aku tahu aku adalah seorang pengecut yang hanya bersembunyi di balik kertas yang tak berguna untuk sekadar berbicara padamu.

Irene,aku tahu dengan membaca surat ini,berarti aku telah menyakiti bahkan melukai perasaanmu.Aku tahu dengan membacanya,kau pasti akan sangat terluka juga membenciku.Aku paham dan mengerti dengan apa yang telah aku perbuat selama ini.Maka aku pantas mendapatkan semua itu.Aku pantas kau benci,aku pantas kau caci,aku pantas kau hina karena aku memang seorang pecundang.

Aku tahu kalau kau sangat menyayangiku bahkan sangat menyayangiku.Aku tahu kau mau berkorban untukku selama ini,menghiburku,menemaniku saat aku terpuruk.Aku tahu kau sangat berbeda dengan gadis-gadis yang aku kenal selama ini.Cintamu amat tulus padaku.Aku sangat menghargainya dan aku ucapkan terimakasih untuk itu semua.
Tiba-tiba saja dadaku sesak,sangat sesak sekali.Aku coba melanjutkan baca dengan hati yang teriris-iris.Hatiku sangat berguncang dengan isi surat itu,rasanya aku tidak tahan lagi menahan air mata yang sejak tadi ingin meledak.Air mataku bercucuran membasahi surat yang kupegang erat.
Irene,kau adalah gadis yang baik yang penuh cinta kasih yang tulus.Aku yakin kau pasti bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari aku.Lupakanlah aku karena aku hanya bisa membuat kau hancur karena mencintaiku.Kau terlalu baik untuk aku dapatkan.

Aku ingin memberi pengakuan kepadamu,aku ingin jujur padamu.Selama dua tahun kita pacaran,aku telah berbohong padamu.Aku masih mencintai Andin,mantanku.Aku tidak bisa melupakan bayangannya.Meskipun aku selalu bersamamu tapi hatiku masih miliknya.Hingga suatu ketika Andin mengajakku ketemuan menceritakan semua yang terjadi padanya.Dia putus dengan kekasihnya yang kau tahu sendiri,kekasihnya adalah sahabatku sendiri.Andin menemuiku,dia menangis didepanku dan aku tak tega melihatnya seperti itu.Aku coba menghiburnya,menemainya.Sampai pada akhirnya cinta diantara kami tumbuh merekah kembali.Kami pacaran tanpa sepengetahuanmu.Dan saat aku mulai bingung menentukan mana yang kupilih,saat itu juga aku berubah sikap padamu.Maafkan aku karena aku mendustaimu.Aku mulai capek berbohong padamu dan saat itulah aku memutuskanmu.
Sekali lagi aku minta maaf padamu,Ren.Mungkin kata maaf ini tak akan mampu mengembalikan semuanya.Aku tahu itu.Aku hanya tak ingin berbohong padamu.Dan jika selama delapan bulan terakhir aku menghilang,itu semua karena aku pergi ke paris menemani Andin yang ingin melupakan semua masalahnya.Dan pada akhirnya kami sepakat menikah disana.

Sekali lagi aku minta maaf Ren karena tidak bicara jujur sebelumnya,sungguh aku bingung harus berbuat apa.Aku sangat mencintai Andin dan selama ini aku beerbohong padanya kalau aku belum pernah berpacaran semenjak ia memutuskanku.Itu semua aku lakukan karena aku takut kehilangannya maka dari itu aku memutuskan untuk meniggalkan Indonesia juga kau dan aku turuti semua maunya dengan mengorbanku perasaanmu yang sangat tulus padaku.Itu semua aku lakukan karena aku takut kehilangannya untuk yang kedua kalinya.Maafkan aku tak sempat memberi alasan yang jelas padamu.Aku harap kau mengerti.Aku memang pantas kau benci,maafkan aku.
Salam maaf dariku yang terlalu egois
Sandy Saputra.

Tiba-tiba saja mataku berkunang-kunang,kepalaku sangat berat,aku merasakan ada yang memukul kepalaku dengan benda keras.Saat itu juga aku tak sadarkan diri namun sebelum itu terjadi aku sempat melihat ada yang mengetuk pintu kamar dari luar,sekilas aku melihat bayangan bunda tidak jelas.Saat itu pula aku jatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.
#####

Aku membuka mataku yang terasa sangat berat.Saat mulai membuka mataku perlahan-lahan,aku melihat bunda yang menangis tanpa hentikan air matanya yang jernih.Juga ayahku yang memasangkan wajah pucat saat memandangku.Mereka berdua terlihat sangat sedih dan menahan beban yang seperti gunung.
“bunda tak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya?.Kenapa kamu menyimpan sendiri penderitaan batin yang hebat selama ini?”tanpa bunda sadari air mata bunda bercucuran membasahi tanganku.
“Bunda tahu apa yang menyebabkan kamu seperti ini?apa perlu bunda dan ayahmu menyusul laki-laki brengsek itu dan membawanya kesini untuk mengembalikan senyuman anak bunda yang hanya satu-satunya ini?”marah bunda sangat menyentuh hatiku.Bunda membeberkan semua perasaannya padaku,bunda dan ayah yang sangat sayang padaku merasa tak terima dengan perlakuan mantanku itu.Mereka tahu semua dengan apa yang menimpaku saat ini.
“Ayah yakin nak,kamu adalah anak yang tegar.Masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik dari dia.Ayah yakin suatu saat kamu pasti mendapatkan laki-laki yang bisa menghargai cintamu.Jangan lemah karena cinta.Bukan cinta yang salah tapi pemuja cintalah yang keliru.Dalam hal cinta kamu sudah menang nak meskipun kamu tak mendapatkannya tapi kelak cinta itu yang akan datang sendiri padamu memberikan penghaargaan dengan orang yang berbeda,percayalah pada ayah”dengan suara parau ayah menahan kesedihannya didepan mataku dan semua penuturan ayah kuresapi baik-baik.

Tanpa kusadari,aku teteskan air mata bukti kedukaan juga kepedihan yang dalam,yang sangat menguasai jiwaku.Hatiku sangat teriris begitu hebatnya,kupaksa untuk mengikhlaskan semua namun air mataku semakin bercucuran semakin deras.Rencana pernikahan yang sudah dibicarakan,kandas,pupus dihantam koral yang justru datangnya dari pihak yang membuat keputusan itu sendiri.Aku yang harusnya bahagia dengan rencana pernikahan kami yang tinggal menghitung bulan,kini telah pudar bahkan habis termakan hebatnya penghianatan.Cinta yang aku agung-agungkan,ku junjung telah tiada lagi ,pergi terbawa badai kelabu yang terhempas angin topan.Betapa elegi asmara telah bersenandung menyelimuti hari, menginjak-injak harga sebuah kesetiaan yang dibayar dengan dusta.Betapa menyedihkan nasib cintaku ini.

PROFIL PENULIS
Nama :Nurul Lutfia
Umur :20 tahun
Alamat :Pasuruan
Pekerjaan:Guru
Alamat FB:luthfialba@gmail.com
Read more

0 (Cerpen) Serpihan Hati


Cerpen Karya Devi Putri Rahmawati

Rasa senang bercampur haru yang sedang kurasakan saat ini. Aku tak henti mengucap syukur karena aku Vella Ramadhani diterima di Universitas Kedokteran. Ini seperti mimpi, cita-citaku yang sejak kecil ku pendam akhirnya menemui titik terang. Took,,tokk,,tokk,,suara ketukan pintu dari luar, aku segera membuka pintu ruang tamu. Ternyata sahabat SMP-ku Iqbal Setiawan yang datang. Tak percaya rasanya dia datang kerumahku, karena sudah lebih dari 3 tahun kita tak berhubungan baik sms ataupun sosial media. Tiba-tiba terlintas dipikiranku kenangan-kenangan indah bersamanya dulu. Dia memutuskan melanjutkan SMA di Kalimantan karena kedua orangtuanya tinggal disana, sedangkan aku memilih sekolah di Boyolali, kota dimana aku tinggal bersama keluargaku. Sejak saat itu kita terpisahkan jarak, dan hubungan persahabatan kita pun mulai renggang. Sedih rasanya jauh darinya, entah apa yang kurasakan saat itu. Dia selalu ada dipikiranku, walau di SMA banyak teman cowok yang dekat denganku, tetapi Iqbal tak bisa tergantikan. Setelah aku renungkan, ternyata rasa sayangku terhadapnya lebih dari rasa sayang sebagai sahabat. Tapi aku memilih untuk menyimpannya dalam-dalam, karena aku tak yakin Iqbal juga merasakan hal yang sama sepertiku. Sudah lebih dari 3 tahun aku menyimpan perasaan itu, aku berusaha untuk menghilangkannya sedikit demi sedikit. Tapi saat aku ingin memulai membuka hati untuk orang lain, kenapa dia harus datang lagi di kehidupanku. Hihh !!!

Lidah ini tak mampu berkata-kata melihat Iqbal berdiri tepat dihadapanku. Aku bingung harus senang atau sedih dengan kehadiran Iqbal. Perasaan yang sudah terpendam dalam-dalam kini muncul lagi. “hai vel, apa kabar?” sapanya. “alham..dulillah ba..ik” jawabku terbata-bata. Aku pun mengajaknya masuk kerumah, kita cerita panjang lebar walau masih terkesan canggung. Iqbal tak jauh berubah, dia masih seperti dulu, dia selalu bisa membuatku tertawa. Sekarang Iqbal memilih untuk kuliah di Jogja, dia sudah resmi menjadi seorang mahasiswa Teknik Informatika. Kita saling memberi ucapan selamat karena keberhasilan ini, kini kita sudah menjadi anak kuliahan dan siap menatap masa depan. Tak terasa hari sudah senja, Iqbal sudah bersiap pulang. Puas rasanya berbincang-bincang dengannya sejak siang tadi, melepas rasa kangen karena sudah lama tak bertemu. Besok pagi, kita berencana pergi ke Jogja bersama untuk mempersiapkan kost dan juga semua keperluan kuliah.
**

Mentari mulai menampakkan parasnya, aku bersiap untuk pergi ke Jogja dengan Iqbal. Tak lama menunggu Iqbal pun datang dengan motornya, tanpa pikir panjang kita segera berangkat. Di perjalanan kita bercanda gurau, mengembalikan keakraban-keakraban kita dulu. sesampainya di Jogja kita mulai mencari kost yang dekat dengan kampus kita masing-masing. Dan juga mempersiapkan semua keperluan kuliah.
**

Akhirnya semuanya beres, sebelum pulang kita mampir makan malam di restaurant seafood.
“vella,,,” kata Iqbal sambil menunggu pesanan datang.
“iyaa,,kenapa bal?” jawabku.
“sebenarnya, dari SMP aku sayaa…..” .
“permisi, ini pesanannya”.

Belum selesai bicara, terdengar suara seorang wanita, ternyata itu pelayan yang datang membawa pesanan kita. Selesai makan aku menunggu Iqbal melanjutkan pembicaraan tadi, tapi sampai pulang pun dia tak membahas tentang hal tadi. Sesampainya dirumah aku terbayang-bayang akan perkataan Iqbal yang terpotong tadi, itu cukup membuatku penasaran. “ahh,sudah lah..mungkin itu bukan hal penting karena Iqbal tak membahasnya lagi” kataku dalam hati. Aku pun tidur dengan teka-teki yang belum terpecahkan.
**

Hari-hari pun berlalu, aku dan Iqbal sudah mulai masuk kuliah dan hampir setiap hari kita bertemu menghabiskan malam di kota Jogja. Kita semakin hari semakin dekat, perasaan ini semakin hari semakin kuat. Tapi aku tak berani mengungkapkannya, aku hanya bisa berharap Iqbal juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang kurasakan saat ini. Hari ini kita libur, Iqbal mengajakku hangout ke bukit bintang. Sampai disana hari sudah sore, karena perjalanan cukup lama. Malam pun menjelang, disana kita melihat indahnya kota dari ketinggian. Rasanya seperti melihat bintang-bintang yang bertaburan. Lagi asyik melihat indahnya kilauan lampu,Iqbal menarik tanganku. Aku pun berbaik badan. Dia menatap mataku seperti ada hal penting yang akan dikatakan.
“aku mau ngomong vel..” katanya sembari menggengam tanganku.
“kayaknya penting banget bal,,apa?” jawabku dengan senyuman kecil dibibirku.
“aku dah lama mau ngomong ini, tapi baru sempet sekarang, gini vel..”
Kringggg…kringgg..kringgg…

Suara Hp Iqbal memecah keseriusan tadi. Belum selesai bicara Iqbal mendapat telpon kalau teman se-kost nya kecelakaan. Alhasil,kita begegas pulang tanpa melanjutkan pembicaraan. “kejadian lagi deh” gerutuku dalam hati. Sudah dua kali hal ini terjadi, rasa penasaran ini cukup menggangguku. Tapi aku biarkan semua teka-teki ini, aku tak punya nyali untuk menanyakan pada Iqbal. Aku selalu menunggu kelanjutan dari dua pembicaraan yang belum selesai itu, tetapi Iqbal tak pernah menyinggungnya lagi.
**

Semakin hari aku semakin sibuk, itu sebabnya jarang ada waktu untuk kita ketemu. Hari rabu aku diajak Iqbal ke taman lampion, tapi dari senin sampai sabtu jadwalku padat dari pagi sampai malam. Kerena itu kita gagal ketemu lagi. Ditambah lagi, tadi siang Hp ku jatuh di ember cucianku. Untuk seminggu ini, Hp ku harus dirawat inap di counter yang cukup jauh dari kostku. Jadi untuk seminggu ini aku benar-benar disibukkan dengan kuliahku, tanpa Hp dan tanpa Iqbal.
**

“Huuffttt…akhirnya hari minggu datang juga..saatnya ambil Hp…lalalala..” gumamku.
Pagi ini aku mau menggambil Hp ku, alhamdulillah sudah sehat dan sudah siap untuk diambil. Setelah mandi dan sarapan aku bergegas keluar kost.
“Vella,,,,,” panggil seseorang yang tak asing lagi suaranya bagiku.
“Iyaaa…” jawabku spontan sembari membalikkan badan. Ternyata Rina anak ibu kost yang tinggal di depan kost ku.
“Maaf baru sempat sekarang, dua hari yang lalu Iqbal kesini, karena kau tak ada, dia menitipkan ini padaku” Rina menyodorkan bingkisan kecil dari Iqbal.
“Makasih yaa rin,,,” kataku sambil menerima bingkisan itu.

Rina mengangguk dan tersenyum kecil padaku. Tanpa berpikir panjang aku membuka bingkisan dari cowok termanis yang pernah aku kenal. Kulihat kertas merah muda didalamnya, segera aku membacanya. “mungkin saat ini kau sudah mulai sibuk vel, kita pun jadi jarang bertemu. Aku cuma mau bilang kalo sebenarnya aku menyayangi dan mencintaimu sejak SMP, sayangku padamu lebih dari sayang seorang sahabat, apakah kau merasakan yang sama??aku harap iya, terimakasih untuk semuanya” itu sepenggal surat dari Iqbal. Tanpa sadar air mata membasahi pipiku, terharu membaca semua itu. Aku bergegas menemui Iqbal dikostnya, rasanya aku ingin segera memeluknya dan mengatakan kalau aku juga merasakan yang sama sepertinya.
**

Sampai dikost aku segera masuk dan berlari kecil menuju kamar Iqbal dengan kertas pink di genggamanku.
“Iqballl….” Teriakku bersemangat.
“Vella..” jawab Iqbal keluar dari kamarnya.
Aku memeluknya erat-erat. Tapi perlahan Iqbal melepaskan pelukanku, aku tak mengerti kenapa.
“Maafkan aku vel..” ucapan maaf dari bibir manis itu yang tak ku ketahui apa maksudnya.
Tiba-tiba ada seorang cewek keluar dari kamarnya. Aku bingung, apa maksudnya ini?siapa cewek itu?
“Iqballl…” sebutku pelan
“Vel,,,kenalin ini Shelly,,,pacarku, kemarin kita jadian. Shelly sayang ini vella sahabatku dari SMP”
Aku dan Shelly bersalaman. Aku tak bisa berkata-kata, lidah ini rasanya kaku. Hati ini serasa diremuk sekejap mata. Air mataku tak terbendung, kertas pink pemberian Iqbal 2 hari yang lalu lepas dari genggamanku. Dengan senyum kecil di bibirku aku meninggalkan seseorang yang aku cinta yang kini telah menjadi milik orang lain.
“Selamat yaa..semoga langgeng” teriakku dari pagar kost Iqbal.

Aku masih belum percaya dengan semua ini. Tega-teganya Iqbal melakukan ini. Apa maksud bingkisan yang ia berikan 2 hari yang lalu? Apa aku hanya permainannya saja? Aku terus bertanya-tanya dalam hati, air mataku masih terus berlinang. Dengan motor hondaku aku kembali ke kost membawa luka dihati. Dibawa terbang setinggi langit lalu dihempaskan begitu saja. Tak kusangka Iqbal yang sudah aku kenal lama, yang selalu aku elu-elukan dan aku sayang selama ini tega menodai cinta suci dari diri ini. Cinta yang pernah tumbuh lagi, kini hilang ditelan bumi. Rasanya aku tak ingin lagi membuka hatiku untuk seorang pria, cukup kali ini saja aku merasakan sakitnya cinta. Hidup harus terus berjalan, mungkin ini saatnya aku melupakan tentang cinta dan lebih fokus dengan sekolahku. Aku akan pergi membawa serpihan hati ini.

PROFIL PENULIS
Cerpen pertamaku
mohon kritik dan sarannya ^^
follow twitterku @Devie_PerunPera *numpang iklan XD
Read more

0 (Cerpen) Rasa Tak Terbalas


Cerpen Karya Shela Rizky Tarinda

Mereka bilang dia keren. Tinggi, badan atletis, anak orang kaya, dan masih banyak lagi. Dia temanku sekolah, sejak SMP. Aku berteman cukup baik dengan dia. Namanya Fahri, anak pejabat desa. Tentu saja ayahnya berduit, beliau pandai memutar uang. Keluarganya punya bisnis yang banyak sekali, tak bisa kusebutkan. Ibunya seorang kepala di kantor swasta, dengan gajian sekitar tak kurang dari sepuluh juta sebulan. Bayangkan kawan, sepuluh juta! Per bulan!

Ada sesuatu yang ingin kuceritakan pada kalian tentunya, tentang si Fahri ini. Tapi sebenarnya cerita ini sedih. Tapi karena kalian selalu ingin tahu, baiklah akan aku ceritakan.

Dia ini sosok laki-laki yang dingin, diam, penuh misteri. Aku tahu, dia tidak suka didekati cewek dan hanya suka mendekati. Dia tidak suka keluar malam hari seperti remaja nokturnal kebanyakan. Dia rajin ibadah, pemain futsal di sekolah, rajin bangun pagi, dan sosok pekerja keras. Fahri dingin jika kau tak mengenalnya. Tapi kawan, percayalah padaku. Dia ini sebenarnya baik, halus, romantis, perhatian, dan loman. Namun sifatnya juga keras kepala dan temperamen.
Suatu ketika di malam ramadhan, Fahri, Aku, dan beberapa kolega buka puasa bersama. Ini merayakan ulang tahun Fahri. Seperti remaja umumnya, kami bukan tarawih, malah bermain petasan di depan sekolah. Tentunya seru, seru dengan teriakan, ledakan petasan, tawa, dan omelan. Hahaha aku masih ingat betul saat Fahri mengambil kunci motorku dan,
“sialan, siapa ini yang ambil kunciku? Biadab sekali! ayo kembalikan cepaaat!” aku mengomel-omeli semua teman-teman dan merogoh kantung-kantungnya. Fahri dengan wajah polos, pasrah saja kurogoh-rogoh. Sementara Tama malah senyum-senyum mengisyaratkan sesuatu. Aku tahu itu berarti apa.
“Fahri, kembalikan cepat. Atau kubakar motormu pakai ini!” gerutuku sambil menunjukkan korek api. Teman-teman tertawa, sementara Fahri malah mengerutkan dahinya hingga alisnya hampir bertemu.
“apa sih? aku kan nggak ngapa-ngapain kamu. Kok malah mau bakar-bakar.” Balas Fahri dengan santainya, dan juga dengan ekspresi ‘apa sih’nya yang khas. Tak bisa kugambarkan dengan huruf kawan.

Malam itu kemudian kami pulang, tentunya setelah kejahilan kami sudah mereda. Rumah Fahri jauh dari kota, Tama sejalan dengan rumahku. Jadi kuminta Tama mengawalku dari belakang hingga sampai tujuan. Karena jalanan rumahku gelap dan sepi. Di bagian timur hanya ada bentangan sawah, sementara lampu PJU kadang terang, kadang redup, kadang malah mati. Ditambah lagi dengan hawanya yang selalu ‘nggak enak’, mungkin ada sesuatu yang tak bisa kulihat. Tapi bukan mungkin, sebenarnya memang ada. Ternyata isengnya Tama tak berhenti di petasan. Dia menyalakan lampu dim. Walhasil, aku kebunaran karena pantulan kaca spion. Dasar cah gemblung. Aku mengepalkan tanganku kebelakang, dia malah memainkan lampu dim nya. Untungnya penyiksaan itu segera pergi. Aku telah sampai di rumah, dengan selamat.

Aku rebah di kasur, di kamarku. Nyaman sekali, menyalakan AC dan membaca buku, berselimut tebal dan menyalakan lampu baca. Aku suka suasana ini. Aku sebentar lagi tidur, sebentar lagi. Setelah novelku selesai kubaca tentunya. Tiba-tiba HP ku berbunyi. Ada pesan masuk. Ah, mungkin hanya Firdan, mantan cowokku yang sampai sekarang masih ngemis-ngemis minta kembali. Aku dan Firdan berpisah karena salah dia sendiri. Tapi entah sebenarnya salah siapa jika dilihat dari akarnya. Dia orang yang butuh perhatian, aku orangnya cuek. Dia lalu cari perhatian ke cewek lain, lah aku kalap dong. Aku balas kelakuannya, eh dia keluar sama cewek. Kusangka dia sudah tak ada rasa, aku minta pisah. Eh, dia ngemis maaf dariku dan berjanji nggak akan ngulangi lagi. Dipikir aku layangan diulur-ulur? Aku segera sadar dari lamunan Firdan itu, lalu...
“Wina.. udah tidur?” sms dari Fahri. Mimpi apa dia sms macam begini? Aku balas seperlunya saja, dia juga balas seperlunya. Aku jadi bingung. Tama juga sahabatku, tapi dia sms macam begini untuk cari hiburan kalau bosan. Jadi sms-an agak heboh begitu lah. Tapi Fahri jadi aneh, mungkin karena dia jarang sms cewek. Karena sebelumnya aku sudah bilang kan, Fahri itu dingin dan diam.

Beberapa minggu berlalu, dan Fahri serta aku makin dekat saja. Tapi disini aku merasakan bukan dekat seperti dengan Tama, Dika, Rama, atau Tria. Tapi lebih seperti Firdan. Aku bingung dan harus apa aku? Bingung karena aku baru saja pisah dengan Firdan, dan dia juga teman Fahri. Tapi di sisi lain, aku mengagumi sosok Fahri, sejak dulu. Sejak aku pacaran dengan Firdan. Sejak aku ambil les sepulang sekolah, malah sejak aku pertama mengenalinya di Facebook. Saat itu dia masih lugu dan nggak keren. Obrolan Fahri terkadang menjurus ke arah yang serius. Maksudku, serius dalam arti hubungan lebih-dari-teman. Aku agak risih menyebut kata ‘cinta’ karena rasanya, aku masih terlalu muda untuk berkata ‘itu’.

Sampai di suatu titik dimana aku serasa ditarik oleh Fahri, serasa duniaku menjadi dunianya juga, serasa aku bernafas menggunakan paru-parunya. Rasanya waktu dan tubuhku berhenti berputar dan beroprasi dalam dua detik. Saat Fahri bertanya pada Firdan, “boleh aku mendekati Wina? Jika tidak, aku akan mundur. Sebelum keterusan..” duniaku serasa melayang.. tapi kemudian runtuh. Melayang di awang-awang karena sesuatu yang baru datang untuk menyembuhkan, tapi runtuh rata dengan bumi saat aku jelas tahu, Firdan tersakiti. Firdan memelas, dan aku benci jika dia memelas; menjengkelkan. Ya, Firdan memelas padaku, dia sendiri yang menceritakan itu. Tapi sempat terbesit rasa senang, karena dendamku pada Firdan terbalaskan. Tapi bukan itu intinya. Intinya disini adalah, aku dilema. Fahri, seorang yang diidolakan, sangat diidolakan oleh cewek-cewek di sekolah, mendekatiku dengan mudahnya. Maksudku, dengan mudahnya aku mendapatkan Fahri. Padahal aku gadis biasa. Tak ada apa-apa jika dibandingkan dengan cewek-cewek yang naksir dia. Tapi seperti sebelumnya, Fahri tidak suka didekati, dia suka mendekati.

Aku rasa masalah ini lancar berjalan, seiring dengan lancarnya komunikasi kami, dan seiring juga dengan guyonan teman-teman di sekolah. Semuanya sudah tahu tentang aku dan Fahri. Dan tak ada yang menyangka sama sekali. Mereka bilang “bagus dong Win, kemajuan tuh. Biar tau rasa si Firdan.” Yah, tentu saja. Biar tahu rasa si Firdan. Tapi aku juga kasihan, aku juga kadang masih ingat Firdan. Kemudian aku sadar akan Fahri yang ada di depanku, yang siap menjaga aku. Dan aku sadar, aku harus pergi dari Firdan.

Akhirnya kami pacaran, dan tentunya membuat penggemar-penggemar Fahri iri. Tentunya membuat Firdan memalingkan wajah setiap bertemu aku ataupun Fahri. Tapi tetap saja, laki-laki bertengkar apa ada yang lama? Mereka bersikap biasa. Entah bersikap atau memang seperti itu, aku juga kurang mengerti. Kami pacaran dengan puluhan masalah yang ada, yang membuat dia marah-marah hingga mengucap kata sumpah serapah padaku. Ya, padaku. Kekerasan verbal itu mana bisa aku tahan terus? Ada juga tentang dia yang ternyata suka dengan salah satu temanku. Aku menangis dan dia terluka. Dia meyakinkan aku bahwa itu dulu, tapi aku punya bukti kuat atas pernyataanku. Dia tidak marah kali ini. Dia takut dan bingung, dan aku tak pernah sekalipun melihat dia begini. Tama juga tak pernah sekalipun menjumpainya seperti ini. Aku minta rehat sebentar atas hubungan kami. Tapi dia menolak, dia bersikeras mempertahankan aku.
“aku ngga pernah pertahanin cewek. Ngga pernah sama sekali. kalau mereka minta putus ya silakan, tapi buat kamu, aku ngga bisa. Tolong jangan gini.”
Tapi aku tega-tega saja. Hingga masalah ini kemudian mereda, aku tak lagi egois. Aku mencoba memaafkannya dan memperbaiki diri. Dia khilaf saat itu, dan benar, dia tak pernah mengulanginya lagi.

Kami sampai pada sebuah titik jenuh, dimana dia marah-marah terus, dan aku egois. Tak ada yang mengalah. Kami akhirnya berpisah, tapi dia masih sering mencoba menghubungiku dan menyatakan rindu. Aku juga sebenarnya. Tapi aku tak pernah bisa kembali saat itu. Aku masih trauma akan kelakuannya yang...membuatku sakit sekali. kami makin jarang berkomunikasi. Makin renggang, dan akhirnya benar-benar tenggelam. Ibarat kapal, dulu kandas, bangkainya terjun di dalam laut, melayang-layang di airnya, dan kini seluruh runtuhannya telah mencapai dasar palung.
Aku broken. Aku menyesalkan semua yang terjadi. Dulu Fahri ngejar aku, dan aku mengabaikan dia. Tapi kini keadaan berbalik. Sesakit inikah cinta yang tak terbalas? Cinta yang bertepuk sebelah tangan, kata orang-orang.

Selama setahun setelah aku dan Fahri pisah, nggak ada yang pacaran diantara kami. Dan setahun setelah pisah, tepat di Februari, aku dengar dia punya pacar.. Percuma aku nunggu, kalau akhirnya, aku cuma bisa lihat dia dari jauh.. Cuma bisa merasakan dia dari indera pengelihatanku.
Karena waktu gak akan pernah bisa diulang, gak akan pernah. Jadi aku tulis penyesalanku, yang jauh lebih sedih daripada tulisanku ini.. Cuma buat ingetin, kalau kamu menyia-nyiakan orang yang sayang sama kamu, suatu saat keadaan akan berbalik. Dan mau gak mau, yang mengabaikan harus merasakan sakit, sesakit yang dirasakan beberapa orang yang cintanya tak terbalas olehmu..

"So i watch your life in pictures like i used to watch you sleep, And I feel you forget me like i used to feel you breath." Taylor Swift - Last Kiss

PROFIL PENULIS
Nama : Shela Rizky Tarinda
Fb : Shela Rizky Tarinda
Twitter : @shelrt
blog : tarindaaa.blogspot.com
Read more