Cerpen Karya Devi Putri Rahmawati
Rasa senang bercampur haru yang sedang kurasakan saat ini. Aku tak henti mengucap syukur karena aku Vella Ramadhani diterima di Universitas Kedokteran. Ini seperti mimpi, cita-citaku yang sejak kecil ku pendam akhirnya menemui titik terang. Took,,tokk,,tokk,,suara ketukan pintu dari luar, aku segera membuka pintu ruang tamu. Ternyata sahabat SMP-ku Iqbal Setiawan yang datang. Tak percaya rasanya dia datang kerumahku, karena sudah lebih dari 3 tahun kita tak berhubungan baik sms ataupun sosial media. Tiba-tiba terlintas dipikiranku kenangan-kenangan indah bersamanya dulu. Dia memutuskan melanjutkan SMA di Kalimantan karena kedua orangtuanya tinggal disana, sedangkan aku memilih sekolah di Boyolali, kota dimana aku tinggal bersama keluargaku. Sejak saat itu kita terpisahkan jarak, dan hubungan persahabatan kita pun mulai renggang. Sedih rasanya jauh darinya, entah apa yang kurasakan saat itu. Dia selalu ada dipikiranku, walau di SMA banyak teman cowok yang dekat denganku, tetapi Iqbal tak bisa tergantikan. Setelah aku renungkan, ternyata rasa sayangku terhadapnya lebih dari rasa sayang sebagai sahabat. Tapi aku memilih untuk menyimpannya dalam-dalam, karena aku tak yakin Iqbal juga merasakan hal yang sama sepertiku. Sudah lebih dari 3 tahun aku menyimpan perasaan itu, aku berusaha untuk menghilangkannya sedikit demi sedikit. Tapi saat aku ingin memulai membuka hati untuk orang lain, kenapa dia harus datang lagi di kehidupanku. Hihh !!!
Lidah ini tak mampu berkata-kata melihat Iqbal berdiri tepat dihadapanku. Aku bingung harus senang atau sedih dengan kehadiran Iqbal. Perasaan yang sudah terpendam dalam-dalam kini muncul lagi. “hai vel, apa kabar?” sapanya. “alham..dulillah ba..ik” jawabku terbata-bata. Aku pun mengajaknya masuk kerumah, kita cerita panjang lebar walau masih terkesan canggung. Iqbal tak jauh berubah, dia masih seperti dulu, dia selalu bisa membuatku tertawa. Sekarang Iqbal memilih untuk kuliah di Jogja, dia sudah resmi menjadi seorang mahasiswa Teknik Informatika. Kita saling memberi ucapan selamat karena keberhasilan ini, kini kita sudah menjadi anak kuliahan dan siap menatap masa depan. Tak terasa hari sudah senja, Iqbal sudah bersiap pulang. Puas rasanya berbincang-bincang dengannya sejak siang tadi, melepas rasa kangen karena sudah lama tak bertemu. Besok pagi, kita berencana pergi ke Jogja bersama untuk mempersiapkan kost dan juga semua keperluan kuliah.
**
Mentari mulai menampakkan parasnya, aku bersiap untuk pergi ke Jogja dengan Iqbal. Tak lama menunggu Iqbal pun datang dengan motornya, tanpa pikir panjang kita segera berangkat. Di perjalanan kita bercanda gurau, mengembalikan keakraban-keakraban kita dulu. sesampainya di Jogja kita mulai mencari kost yang dekat dengan kampus kita masing-masing. Dan juga mempersiapkan semua keperluan kuliah.
**
Akhirnya semuanya beres, sebelum pulang kita mampir makan malam di restaurant seafood.
“vella,,,” kata Iqbal sambil menunggu pesanan datang.
“iyaa,,kenapa bal?” jawabku.
“sebenarnya, dari SMP aku sayaa…..” .
“permisi, ini pesanannya”.
Belum selesai bicara, terdengar suara seorang wanita, ternyata itu pelayan yang datang membawa pesanan kita. Selesai makan aku menunggu Iqbal melanjutkan pembicaraan tadi, tapi sampai pulang pun dia tak membahas tentang hal tadi. Sesampainya dirumah aku terbayang-bayang akan perkataan Iqbal yang terpotong tadi, itu cukup membuatku penasaran. “ahh,sudah lah..mungkin itu bukan hal penting karena Iqbal tak membahasnya lagi” kataku dalam hati. Aku pun tidur dengan teka-teki yang belum terpecahkan.
**
Hari-hari pun berlalu, aku dan Iqbal sudah mulai masuk kuliah dan hampir setiap hari kita bertemu menghabiskan malam di kota Jogja. Kita semakin hari semakin dekat, perasaan ini semakin hari semakin kuat. Tapi aku tak berani mengungkapkannya, aku hanya bisa berharap Iqbal juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang kurasakan saat ini. Hari ini kita libur, Iqbal mengajakku hangout ke bukit bintang. Sampai disana hari sudah sore, karena perjalanan cukup lama. Malam pun menjelang, disana kita melihat indahnya kota dari ketinggian. Rasanya seperti melihat bintang-bintang yang bertaburan. Lagi asyik melihat indahnya kilauan lampu,Iqbal menarik tanganku. Aku pun berbaik badan. Dia menatap mataku seperti ada hal penting yang akan dikatakan.
“aku mau ngomong vel..” katanya sembari menggengam tanganku.
“kayaknya penting banget bal,,apa?” jawabku dengan senyuman kecil dibibirku.
“aku dah lama mau ngomong ini, tapi baru sempet sekarang, gini vel..”
Kringggg…kringgg..kringgg…
Suara Hp Iqbal memecah keseriusan tadi. Belum selesai bicara Iqbal mendapat telpon kalau teman se-kost nya kecelakaan. Alhasil,kita begegas pulang tanpa melanjutkan pembicaraan. “kejadian lagi deh” gerutuku dalam hati. Sudah dua kali hal ini terjadi, rasa penasaran ini cukup menggangguku. Tapi aku biarkan semua teka-teki ini, aku tak punya nyali untuk menanyakan pada Iqbal. Aku selalu menunggu kelanjutan dari dua pembicaraan yang belum selesai itu, tetapi Iqbal tak pernah menyinggungnya lagi.
**
Semakin hari aku semakin sibuk, itu sebabnya jarang ada waktu untuk kita ketemu. Hari rabu aku diajak Iqbal ke taman lampion, tapi dari senin sampai sabtu jadwalku padat dari pagi sampai malam. Kerena itu kita gagal ketemu lagi. Ditambah lagi, tadi siang Hp ku jatuh di ember cucianku. Untuk seminggu ini, Hp ku harus dirawat inap di counter yang cukup jauh dari kostku. Jadi untuk seminggu ini aku benar-benar disibukkan dengan kuliahku, tanpa Hp dan tanpa Iqbal.
**
“Huuffttt…akhirnya hari minggu datang juga..saatnya ambil Hp…lalalala..” gumamku.
Pagi ini aku mau menggambil Hp ku, alhamdulillah sudah sehat dan sudah siap untuk diambil. Setelah mandi dan sarapan aku bergegas keluar kost.
“Vella,,,,,” panggil seseorang yang tak asing lagi suaranya bagiku.
“Iyaaa…” jawabku spontan sembari membalikkan badan. Ternyata Rina anak ibu kost yang tinggal di depan kost ku.
“Maaf baru sempat sekarang, dua hari yang lalu Iqbal kesini, karena kau tak ada, dia menitipkan ini padaku” Rina menyodorkan bingkisan kecil dari Iqbal.
“Makasih yaa rin,,,” kataku sambil menerima bingkisan itu.
Rina mengangguk dan tersenyum kecil padaku. Tanpa berpikir panjang aku membuka bingkisan dari cowok termanis yang pernah aku kenal. Kulihat kertas merah muda didalamnya, segera aku membacanya. “mungkin saat ini kau sudah mulai sibuk vel, kita pun jadi jarang bertemu. Aku cuma mau bilang kalo sebenarnya aku menyayangi dan mencintaimu sejak SMP, sayangku padamu lebih dari sayang seorang sahabat, apakah kau merasakan yang sama??aku harap iya, terimakasih untuk semuanya” itu sepenggal surat dari Iqbal. Tanpa sadar air mata membasahi pipiku, terharu membaca semua itu. Aku bergegas menemui Iqbal dikostnya, rasanya aku ingin segera memeluknya dan mengatakan kalau aku juga merasakan yang sama sepertinya.
**
Sampai dikost aku segera masuk dan berlari kecil menuju kamar Iqbal dengan kertas pink di genggamanku.
“Iqballl….” Teriakku bersemangat.
“Vella..” jawab Iqbal keluar dari kamarnya.
Aku memeluknya erat-erat. Tapi perlahan Iqbal melepaskan pelukanku, aku tak mengerti kenapa.
“Maafkan aku vel..” ucapan maaf dari bibir manis itu yang tak ku ketahui apa maksudnya.
Tiba-tiba ada seorang cewek keluar dari kamarnya. Aku bingung, apa maksudnya ini?siapa cewek itu?
“Iqballl…” sebutku pelan
“Vel,,,kenalin ini Shelly,,,pacarku, kemarin kita jadian. Shelly sayang ini vella sahabatku dari SMP”
Aku dan Shelly bersalaman. Aku tak bisa berkata-kata, lidah ini rasanya kaku. Hati ini serasa diremuk sekejap mata. Air mataku tak terbendung, kertas pink pemberian Iqbal 2 hari yang lalu lepas dari genggamanku. Dengan senyum kecil di bibirku aku meninggalkan seseorang yang aku cinta yang kini telah menjadi milik orang lain.
“Selamat yaa..semoga langgeng” teriakku dari pagar kost Iqbal.
Aku masih belum percaya dengan semua ini. Tega-teganya Iqbal melakukan ini. Apa maksud bingkisan yang ia berikan 2 hari yang lalu? Apa aku hanya permainannya saja? Aku terus bertanya-tanya dalam hati, air mataku masih terus berlinang. Dengan motor hondaku aku kembali ke kost membawa luka dihati. Dibawa terbang setinggi langit lalu dihempaskan begitu saja. Tak kusangka Iqbal yang sudah aku kenal lama, yang selalu aku elu-elukan dan aku sayang selama ini tega menodai cinta suci dari diri ini. Cinta yang pernah tumbuh lagi, kini hilang ditelan bumi. Rasanya aku tak ingin lagi membuka hatiku untuk seorang pria, cukup kali ini saja aku merasakan sakitnya cinta. Hidup harus terus berjalan, mungkin ini saatnya aku melupakan tentang cinta dan lebih fokus dengan sekolahku. Aku akan pergi membawa serpihan hati ini.
PROFIL PENULIS
Cerpen pertamaku
mohon kritik dan sarannya ^^
follow twitterku @Devie_PerunPera *numpang iklan XD
mohon kritik dan sarannya ^^
follow twitterku @Devie_PerunPera *numpang iklan XD
0 komentar:
Posting Komentar