Selamat Datang Di Teknologi Dan Hiburan

0 (Cerpen) Tetap Menunggu

Rabu, 09 Juli 2014
Cerpen Karya Sania Mulia

“Mira, kak Tauhid buat aku aja, ya.” Ujar Fida pada Mira yang sedang duduk di kelas dan membaca sebuah buku.
“Yaudah, ambil aja sana. Kak Tauhid mana mau sama kamu. Kamu, kan, genit.” Jawab Mira acuh tak acuh tanpa melirik Fida sedikit pun. Fida hanya memanyunkan mulut, kesal mungkin.

***
“Dik, dik. Yang mana yang namanya Mira?” Sekelompok murid-murid Aliyah yang perempuan yang sudah pulang, sengaja menunggu anak Tsanawiyah masuk sekolah. Karena memang murid Tsanawiyah masuk siang dan Aliyah masuk pagi. Salah satu dari kakak itu bertanya-tanya pada murid-murid Tsanawiyah yang lewat. Menanyakan Mira.
“Mira!” panggil Fida melambaikan tangan kanannya. Yang dipanggil menoleh. “Ini, nih. Kakak ini nyariin kamu.” Sambung Fida.

DEG!

Jantung Mira berdebar, ‘ada apa?’ batin Mira. Mira berpikir kakak kelas Aliyah itu ingin melabraknya. Tapi kenapa?
“Iya, kak? Ada apa?” Tanya Mira pada kakak kelas itu. Mira mencoba berpikiran positif.
“Kamu yang namanya Mira?” tanya kakak itu balik.
“Iya, kak. Kenapa?” ucap Mira.
“Itu, dek. Si Tauhid temen kakak suka sama kamu. Sampe-sampe pas pelajaran Matematika dia ditanya sama guru kakak, dia malah jawab ‘Mira Cahyanti kelas 1B’ gitu, dek.” Jelas kakak itu.
“Yang bener, kak?” tanya Mira tak percaya.
“Iya, dek.” Jawab kakak itu dan di iyakan juga oleh kakak-kakak yang lain. ”Gak apa-apa kok dek. Dia pinter, beriman, sholeh, top banget pokoknya.” Sambung kakak itu.
Mira langsung meninggalkan sekelompok kakak Aliyah itu dan masuk kelas.

***
Dua tahun kemudian
Saat ini, Mira sudah menginjak SMA. Mira bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri. Dan juga, satu sekolah dengan Kak Tauhid yang sekarang kelas 3.
“Dek, kasihin surat ini ke Mira, ya.” Ucap Tauhid memberikan secarik surat kepada Vina teman Mira sembari tersenyum ramah.
“Iya, kak.” Jawab Vina tersenyum. Vina langsung meninggalkan Tauhid dan mencari keberadaan Mira. Vina sudah tahu dimana Mira sekarang, saat istirahat begini pasti Mira ada di kelas. Karena memang kebiasaan Mira saat istirahat adalah dia selalu membeli makanan di kantin, kemudian kembali lagi ke kelas untuk mengobrol bersama teman-temannya. Vina tahu betul sifat-sifat Mira. Vina mengenal Mira dari SD hingga sekarang.

Mira bukan tipe gadis yang suka bergosip, Mira juga bukan gadis yang suka keluyuran, dia malah anak rumahan. Mira memang tidak diizinkan orang tuanya keluar malam-malam kecuali bermain bersama teman-temannya yang rata-rata lebih muda darinya. Dan satu lagi, Mira tidak terlalu suka dengan yang namanya PACARAN. Dia juga tidak pernah pacaran ataupun memiliki hubungan istimewa dengan seorang pria. Mira sangat cantik, sangat banyak yang menyukainya termasuk Kak Tauhid yang super duper ganteng.

Keluarga Mira tidak terlalu kaya, uang jajan Mira perhari hanya dua ribu. Begitu juga Tauhid yang keluarganya sederhana. Rumah Tauhid sangat jauh dari sekolah. Tauhid pergi sekolah dengan mengendarai sepeda atau terkadang jalan. Tauhid sangat tahu jalan-jalan pintas.

***
“Mira!” panggil Vina sambil duduk di sebelah Mira. Mira menoleh. “Ini, nih. Ada surat dari Kak Tauhid.” Vina menunjukan surat itu pada Mira.
Mira langsung mengambilnya dan membacanya. Isinya adalah: Kak Tauhid suka sama Mira, Kak Tauhid juga nembak Mira. Dengan cepat Mira membalas surat itu dan balasannya adalah: iya.
Resmilah Mira dan Tauhid berpacaran. Berpacarannya sesuai dengan kaidah agama Islam. Mereka tidak pernah saling pandang dan berbicara langsung, hanya sekedar surat-suratan.
Setiap hari Tauhid selalu memperhatikan Mira belajar. Karna Tauhid sangat pintar dia selalu keluar duluan. Momen itu Tauhid manfaatkan untuk melihat Mira belajar di kelas. Tauhid bersandar di pintu kelas Mira dan memperhatikan sang pujaan hati.
Fida teman sebangku Mira langsung mencie-ciekan(?) Mira dan tertawa kecil. “Diem aja kamu!” ujar Mira pelan. Fida tertawa kecil.

***
Tiga tahun sudah Mira dan Tauhid bersama. Selama tiga tahun pula mereka hanya bersurat ria. Sampai pada akhirnya Tauhid masuk pesantren dan Mira pindah ke Cikampek. Mereka terpaksa mengakhiri hubungan ini. Vina menyampaikan surat dari Tauhid kepada Mira. Isinya adalah:
Mira, kakak sekarang masuk pesantren. Kakak dapat beasiswa. Kakak sayang banget sama Mira. Cinta banget. Kakak tetap nungguin Mira sampe kapanpun.

Lalu, Mira berkata pada Vina, “Iya, deh, Vin. Aku juga sayang sama Kak Tauhid, bilangin sama dia, ya. Aku juga bakalan nungguin dia sampe kapanpun. Aku juga cinta banget sama dia, Vin. Makasi, ya , Vin. Selama ini kamu udah jadi tukang pos yang nganterin surat aku sama Kak Tauhid. Makasi banget, Vin.”
“Iya, iya, Mir. Sama-sama.” Jawab Vina tersenyum.
Setelah berpisah dengan Tauhid, Mira dan keluarganya pergi ke Binjai, Sumatera Utara. Jarak Mira dan Tauhid semakin jauh. Sesampai di Binjai, ternyata Mira ingin dijodohkan orang tuanya pada seorang pria bernama Akbar. Mira sama sekali tidak mengetahui rencana kedua orang tuanya tersebut. Padahal, Mira masih ingin menunggu kehadiran Tauhid. Tapi mau bagaimana lagi, keinginan orang tua harus Mira penuhi agar mereka bahagia.

Dan sampai sekarang, Mira dan Tauhid belum di pertemukan. Mungkin suatu saat mereka bisa bertemu. Mira sudah menjalani kehidupannya sendiri. Mira memiliki 4 orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Tidak tahu bagaimana keadaan Tauhid sekarang.

-END-
 
PROFIL PENULIS

Nama: Sania Mulia
Facebook: https://www.facebook.com/sania.nurmulia
Twitter: @muliasania
Blog: apaajagakjelas.blogspot.com
Ask.fm: @muliasania111 
Read more

0 (Cerpen) Melati

Cerpen Karya Yusuf Nor Secha

Sebenarnya aku masih belum ingin pergi dari tempat ini, tempat penebus kesalahanku, tempat penebus dosa ketika di dunia, aku masih ingin lebih lama disini, ditempat berkumpulnya orang dengan kesalahan dan dosa yang beraneka ragam, tempat 3x2 meter persegi yang diisi delapan orang dalam satu kamar, tempat yang hanya cukup untuk berselonjor kaki, tempat dimana awal aku menebus kesalahan yang aku tahu tak mungkin bisa kutebus. Ini sudah tahun kelima setelah kejadian itu. Apa daya aku tidak bisa mengelak saat diputuskan untuk keluar dari tempat ini, aku tak tahu harus kemana, aku tak punya tempat tinggal lagi, bahkan tak ada orang yang sudi mengakuiku sebagai saudara bahkan teman. Sempat sesaat aku berpikir ingin menghabisi nyawa orang atau merampok bank agar aku bisa kembali ketempatku dulu, tapi, itu justru akan membawaku kejurang kenistaan yang lebih dalam lagi.

Cukup lumayan jauh aku berjalan, kini kedua kakiku sudah tak tahan menahan rasa lelah dan memaksaku untuk berhenti, meskipun aku masih ingin berjalan lebih jauh lagi. Aku berhenti tepat di samping telefon umum, aku rindu pada seseorang. Kuangkat gagang telefon yang menggantung itu, kumasukan kepingan uang lima ratus rupiah hadiah dari sipir karena kebebasanku tadi, ‘hallo..’terdengar suara yang sudah tampak berat dari seberang sana, aku masih belum bisa membalas sapaan itu, sampai kedua kalinya dia bertanya ‘hallo.. ini siapa yah..?” ‘ini aku no, aryo’ jawabku dengan suara lirih, ‘aryo..? aryo kuncoro..?” dengan nada sedikit kaget, ‘iya no, kamu apa kabar..?” tanyaku, mencoba menenangkannya, ‘kamu kapan bebasnya yo..? masyaallah, sudah lama aku tak mendengar suaramu yo, alhamdullilah aku baik baik saja yo, kamu gimana,” Tanya seno yang sepertinya sudah mulai tenang, ‘alhamdullillah no, aku dapat remisi, kabarku juga alhamdullillah sehat no, oh ya, aku mau tanya sesuatu sama kamu,”. ‘mau tanya opo yo..?” jawab seno dengan logat jawa nya yang masih kental, sepertinya dia masih seperti seno yang dulu tak berubah, ‘gini no, kamu tahu nggak sekarang Melati tinggal dimana..?” tanyaku, ‘Melati anakmu..? ooh sekarang dia tinggal bersama iparmu di Jogja.” “tuuuut…tuut..tuut” tiba tiba telefon terputus, mungkin sudah habis, aku tadi hanya memasukan lima ratus rupiah saja. Tapi setidaknya aku sudah mendapatkan informasi yang penting dari Seno sahabatku dulu.

Esoknya aku putuskan untuk pergi ke Jogja, aku tidak yakin keluargaku dulu masih bisa menerimaku atau justru sudah tidak ingin mengenalku lagi, sungguh dilematis hidupku ini, disatu sisi aku ingin sekali bertemu dengan seseorang yang sudah lima tahun ini aku rindukan, disisi lain aku takut mereka masih belum bisa menerima kehadiranku. Sampai ahirnya aku bertekat memberanikan diri mengunjungi kediaman iparku dulu.

Masih seperti dulu suasana tempat ini, asri dan begitu tenang suasananya, suasana yang sudah lama aku rindukan, suasana khas desa yang mengembalikan ingatanku lima tahun yang lalu. Suasana yang tak pernah aku rasakan selama aku di rutan. Aku berhenti didepan rumah joglo khas jawa, tiba tiba jantungku berdegup kencang, keringat dingin mulai bercucuran dari kening dan tak kusadari sudah membasahi seluruh wajahku, aku merasa kaki berubah menjadi beton yang kaku dan tak dapat digerakan, sempat aku berpikir mengurungkan niatku untuk memasuki rumah tersebut, hingga ahirnya terdengar suara yang nampak berat yang berhasil membuyarkan lamunanku, ’maaf, mas saya mau lewat.’ Kata seorang lelaki setengah baya dengan rumput segar kehijauan yang diikat di belakang sepeda kumbang yang sudah tampak berkarat, ‘oh, iya, maaf, silahkan pak,’kata ku dengan sedikit merundukan punggung dan senyum simpul. Tak lama aku mendengar suara anak perempuan memanggil laki-laki setengah baya tadi, ‘bapak-bapak,’ dengan suara manja khas anak anak, tiba tiba aku sangat tertarik melihat gelagat anak perempuan itu. Anak itu nampak cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai sebahu dengan daster khas anak-anak, sepertinya aku pernah melihat wajah lugu itu, anak perempuan itu mengingatkanku pada seseorang yang pernah aku cintai dan ahirnya aku lenyapkan dengan kejinya tindakanku yang tak pernah bisa kumaafkan, entah apa yang membuatku tega menghabisi seseorang yang jelas jelas mencintaiku, tapi kini aku merasa dia sangat berharga setelah dia sudah tidak ada karna kebangsatanku sendiri, sebuah penyesalan tidak akan berguna dan tidak akan bisa menebus dosa.

Anak itu masih tetap menjadi obyek perhatianku, sepertinya ada sesuatu yang menarik langkahku untuk menemui anak itu, tapi niat itu aku urungkan, aku masih belum yakin dengan diriku dan belum berani dengan kenyataan. Sorot mataku terus mengikuti kemana langkah kaki anak itu sampai ahirnya dia membuatku terkejut bukan kepayang, seperti tersambar petir, sepertinya anak itu tak sengaja menatapku dengan tatapan tak biasa, tatapan yang begitu teduh, tatapan mata dari seorang anak yang sudah lima tahun aku rindukan, sampai ahirnya ingatanku membawaku ke sebuah nama “Melati, anakku”, yah itu melati, aku yakin itu melati anakku. Namun dosa ini terlalu berat untuk aku pikul menemuinya sehingga aku hanya bisa terdiam tak berani bergerak sedikitpun, begitu banyak pertanyaan yang menjejali kepalaku saat ini, pertanyaan yang timbul karna rasa ketakutanku pada kenyataan. Akankah mereka masih bisa menerimaku,? apakah melati masih mengakuiku sebagai bapaknya dulu,? Atau dia akan mengusirku jauh jauh dan tak ingin melihatku. Sampai ahirnya aku melihat anak itu lari masuk kedalam rumah dan membiarkanku duduk terpaku melihatnya pergi.

PROFIL PENULIS
Nama : Yusuf Nor Secha
TTL : Jepara 17 Januari 1993
Alamat : Desa Surodadi Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara
Pekerjaan : Mahasiswa
Add facebook : josef sheilagank
Read more

0 (Cerpen) Maafkan Aku

Cerpen Karya Suci Diah Lestari
Belakangan ini kami memang dilanda persoalan rumit,mengenai hubungan kami, memang terlihat indah dan baik-baik saja.Di dalamnya, tersimpan sejuta hal yang orang tak mengetahui hanya kita berdua yang tahu dan merasakan repotnya.

Awalnya saja sudah tak jelas kami bisa bisa menjalin kasih asmara.Dengan bahasa candaannya yang sambil mengutarakan perasaannya padaku.Awalnya aku hanya tersenyum datar tetapi dalam hati yang berdebar-debar memikirkan perkataannya tadi.'ahh apa mungkin dia bercanda,apa mungkin dia serius,apa mungkin dia meledek,apa mungkin dia sedang latihan untuk menembak cewe lain,ahhh semakin rumit saja pikiranku seperti rumusan matematika yang bertumpuk'(kataku dalam hati)
"Andi (yaa itulah nama pacarku yang cukup lumayan populer di sekolah karena ketampanannya dan keren.) seriuskah dengan perkataanmu?" tanyaku meyakinkan.Lalu dia merangkul pundakku dan berbisik "Aku mencintaimu,masih kurang yakin?perlu aku melakukan sesuatu?" katanya dengan desahan lembut di telingaku.Semakin saja pusing bertumit-tumit pikiran dan hatiku. Karena,memang aku masih saja dalam bayang kekasihku sebelumnya yang memang sudah tak kuragukan lagi tetapi harus kandas karena orang ketiga. Ohhh sudahlah semakin semerawut saja pikiranku mengingat kengan manis aku dan dirinya.

"akuu mau" jawabku singkat,langsung saja dia memelukku erat mungkin karena senang perasaannya dibalas dengan apa yang dia harapkan. Tapi dari awal aku tak yakin dengan pilihanku entah bisikkan apa hatiku berkata bahwa ini bukan pilihan baik apalagi terbaik. Ohhh tuhaaan benar saja baru beberapa hari, kami sudah dilanda masalah
inilah itulah mungkin karena ego kami yang tak seimbang,selama aku dengan dia bukan bahagia yang didapat air mata saja setiap waktunya yang menghiasi hariku. 'akuuu tidaaakk kuat tuhaan' jeritan hatiku. Kukira dia manis dan lemah lembut ternyata dia kasar bukan hanya perkataannya tetapi fisiknya yang membuat batinnku semakin menjerit. Tapi entah apa aku tak bisa melepasnya,seringkali aku minta putus dari Andi tapi,dia ga bisa nerima dan mempertahankan hubungan kami yang ga jelas dan terus memaksakan kehendak supaya hubungan kami berlanjut mungkin itu salah satu alasannya. Dan mungkin juga karena sedikit demi sedikit aku mulai menyayanginya tapi tak sebanding dengan rasa sayangku pada Randi (dialah mantan kekasihku belahan jiwaku yang tak dapat lagi aku lupakan,dialah harapanku dan doaku dalam setiap malam)

Tetapi tak sedikit juga aku dan Andi melewati bagian indah dari kisah rumit kami tapi bisa terbayang dan terhitung dengan sepuluh jari. Semakin kesini semakin dia tak bisa menghargaiku merendahkanku 'mungkin memang aku bukan wanita cantik dan tak diharapkan setiap pria' kataku dalam hati menangis. Setiap msalah pasti saja aku yang harus mengalah aku yang harus mengawali keredaman hatiku sendiri dan suasana kami.Dan suatu hari "akuuu capeee sayaaang" kataku mengeluarkan isi hatiku setulusnya "terus?kita udahan ajaa gitu mksudnya?" kata dia dengan suara yang kecewa "akuu capee sama hubungan ini,kamu ga pernah sekalipun mikirin perasaan aku,ditanya sayaang jujur aku memang sangat menyayangimu,tapi aku ingin dihargai maaf aku ga bisa ngikutin jalan pikiranmu akuu ga sanggup" kataku dengan pelan "maafin aku sayaang,selama inia ku sadar aku salh benar aku sangat menyesal.Sekarang, kalo gakuat gausah kamu paksain,kalo emang ini mau kamu yaudahlah." jawabnya dengan penuh penyesalan.

Akhirya kisah kita pun berakhir disini,dan aku menceritakan semua perjalanan kasih asmaraku pada Randy. "kamu wanita yang kuat bisa menghadapi persoalan seperti itu melawan batinnmu yang kesakitan,tapi itu pilihan bijaksana mu,aku menyesal dengan keputusanku dulu dan sekarang maukah kamu kembali ?" kata randi sembari memberi pertanyaan sulit tetapi dengan cepat aku menjawab "maaf aku tidak bisa aku percaya jodoh sudah ditentukan dan diatur Tuhan kalu memang kita berjodoh sekalipun berpisah pasti akan dipertemukan dan aku ingin menjalankan hubungan yang jauh lebih indah dan istimewa" jawabku dengan tersenyum "seperti apa hubungan itu?" "ketika kamu boleh menciumku disaat orang-orang melontarkan kata nan indah di pelaminan 'SYAH' itu hubungan yang direstu tuhan dan ibadah yang tiada terhitung pahalanya " jawabku lagi dengan santai
Lalu dia tersenyum manis itu adalah senyuman yang paling manis yang pernah terlihat di bibirnya dan tatapan penuh makna dimata indahnya.
PROFIL PENULIS

Namaku suci diah lestari biasa dipanggil suci atau dea
FB: : Suci lestari
Alamat : Cimahi,cibeureum kebon kopi rt07/11
Hobby :menulis
Read more